Dunia tengah berduka atas kabar wafatnya Paus Fransiskus pada usia 88 tahun di Vatikan (AP News, April 2025). Sebagai Paus pertama yang berasal dari Amerika Latin, kehadiran beliau membawa angin segar dalam sejarah Gereja Katolik dan dunia, melalui pandangan serta aksi nyatanya yang konsisten membela kaum marjinal dan menentang segala bentuk ketidakadilan. Selama 12 tahun masa kepemimpinannya, Paus Fransiskus tidak hanya menjadi pemimpin rohani, tetapi juga suara moral global yang tak henti menyerukan empati, keadilan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
Salah satu sikap tegasnya yang terus dikenang adalah penolakannya terhadap hukuman mati dalam situasi apa pun. Ia menyebutnya sebagai bentuk penghukuman yang tidak manusiawi dan bukanlah jalan menuju keadilan. Komitmennya terhadap perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia tercermin dalam keberpihakannya pada kelompok-kelompok rentan, termasuk komunitas LGBTQIA+ dan para korban kekerasan seksual, khususnya anak-anak. Kalimat terkenalnya, “Who am I to judge?” menjadi simbol dari keterbukaan dan kasih yang mendalam dalam memaknai kemanusiaan. Ia juga secara terbuka menyampaikan permintaan maaf kepada para penyintas kekerasan seksual dalam Gereja, sebuah langkah yang membawa harapan dan pemulihan bagi banyak orang, utamanya anak-anak. Sampai akhir hayatnya, Paus Fransiskus secara konsisten menyuarakan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang bersifat punitif dan tidak manusiawi, terutama yang berdampak pada kelompok rentan.
Ia secara teguh menolak pendekatan yang menghukum tanpa mempertimbangkan keadilan sosial, dan terus mendorong dunia untuk menghadirkan kebijakan yang lebih berbelas kasih, inklusif, dan berpihak pada mereka yang selama ini terpinggirkan. Sikapnya mencerminkan komitmen mendalam terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang melampaui batas institusi dan dogma. Kepergian Paus Fransiskus adalah kehilangan besar bagi dunia. Namun, warisan semangat kemanusiaannya akan terus hidup dan menjadi sumber inspirasi bagi perjuangan melawan penindasan dan diskriminasi.
Selamat jalan, Paus Fransiskus. Terima kasih atas keteladanan, keberanian, dan kerendahan hatimu. Perjuanganmu semoga bisa kami lanjutkan.